Keutamaan Puasa Tasu'a dan ‘Asyura
Apa saja keutamaan puasa ‘Asyura? Puasa ‘Asyura ini dilakukan pada hari kesepuluh dari bulan Muharram dan lebih baik jika ditambahkan pada hari kesembilan maupun hari kesebelasnya.
Berikut beberapa keutamaan puasa ‘Asyura yang semestinya kita tahu sehingga semangat melakukan puasa tersebut.
1- Puasa di bulan Muharram adalah sebaik-baik puasa.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ
“Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah – Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim, No. 1163).
Muharram disebut syahrullah yaitu bulan Allah, itu menunjukkan kemuliaan bulan tersebut. Ath Thibiy mengatakan bahwa yang dimaksud dengan puasa di syahrullah yaitu puasa ‘Asyura. Sedangkan Al Qori mengatakan bahwa hadits di atas yang dimaksudkan adalah seluruh bulan Muharram. Lihat Tuhfatul Ahwadzi, 2: 532. Imam Nawawi rahimahullah berkata bahwa bulan Muharram adalah bulan yang paling afdhol untuk berpuasa. Lihat Syarh Shahih Muslim, 8: 50.
Hadits di atas menunjukkan keutamaan puasa di bulan Muharram secara umum, termasuk di dalamnya adalah puasa ‘Asyura.
2- Puasa ‘Asyura menghapuskan dosa setahun yang lalu.
Dari Abu Qotadah Al Anshoriy, berkata,
وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ « يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ ». قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ « يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ
“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai keutamaan puasa ‘Arafah? Beliau menjawab, ”Puasa ‘Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan puasa ’Asyura? Beliau menjawab, ”Puasa ’Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim, No. 1162).
Kata Imam Nawawi rahimahullah, yang dimaksudkan pengampunan dosa di sini adalah dosa kecil sebagaimana beliau menerangkan masalah pengampunan dosa ini dalam pembahasan wudhu. Namun diharapkan dosa besar pun bisa diperingan dengan amalan tersebut. Jika tidak, amalan tersebut bisa meninggikan derajat seseorang. Lihat Syarh Shahih Muslim, 8: 46.
Adapun Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berpendapat secara mutlak setiap dosa bisa terhapus dengan amalan seperti puasa ‘Asyura. Lihat Majmu’ Al Fatawa karya Ibnu Taimiyah, 7: 487-501.
3- Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam punya keinginan berpuasa pada hari kesembilan (tasu’a).
Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma berkata bahwa ketika Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam melakukan puasa hari ’Asyura dan memerintahkan kaum muslimin untuk melakukannya, pada saat itu ada yang berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى.
“Wahai Rasulullah, hari ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nashrani.” Lantas beliau mengatakan,
فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ – إِنْ شَاءَ اللَّهُ – صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ
“Apabila tiba tahun depan –insya Allah (jika Allah menghendaki)– kita akan berpuasa pula pada hari kesembilan.” Ibnu Abbas mengatakan,
فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّىَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-.
“Belum sampai tahun depan, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam sudah keburu meninggal dunia.” (HR. Muslim, No. 1134).
Kenapa sebaiknya menambahkan dengan hari kesembilan untuk berpuasa? Kata Imam Nawawi rahimahullah, para ulama berkata bahwa maksudnya adalah untuk menyelisihi orang Yahudi yang cuma berpuasa tanggal 10 Muharram saja. Itulah yang ditunjukkan dalam hadits di atas. Lihat Syarh Shahih Muslim, 8: 14.
Tahun ini (1446 H/2024 M), tanggal 9 dan 10 Muharram jatuh pada hari Senin dan Selasa (15 dan 16 Juli 2024). Puasa Tasu’a bisa dilaksanakan pada tanggal 15 Juli (9 Muharram) sedangkan puasa ‘Asyura pada tanggal 16 Juli (10 Muharram).
Fokuslah pada puasa ‘Asyura (10 Muharram) meskipun mungkin tidak berpuasa pada 9 Muharram. Karena keutamaan puasa Asyura yang luar biasa, yakni antara lain bisa menghapus dosa-dosa kita setahun yang telah berlalu.
Lebih afdhal, jika berpuasa dengan menambah hari, 9 dan 10 Muharram. Dengan keutamaan untuk menyelisihi ahli kitab atau kaum al-maghduub dan adh-dhoolliin.
Jikalau ada udzur syar’i atau berhalangan puasa 9 Muharram, bisa diganti 10 dan 11 Muharram. Hal ini juga untuk menyelisihi ahli kitab atau kaum al-maghduub dan adh-dhoolliin.
Ulama Hanafiyah dan Syafi'iyah berpendapat sunnahnya berpuasa tanggal 11 bagi yang tidak sempat berpuasa tanggal sembilannya karena tujuannya sama, agar puasa 'Asyura tersebut tidak menyerupai puasa orang Yahudi.
Tapi lebih baik lagi apabila bisa berpuasa 3 hari sekaligus 9, 10, dan 11 Muharram. Tujuannya agar puasa kita tidak menyerupai puasa ahli kitab atau kaum al-maghduub dan adh-dhoolliin dan in syaa Allah juga bisa meraih pahala puasa tiga hari setiap bulan.
Semoga kita dimampukan oleh Allah Subhanahu wa Ta'aalaa dan sanggup menjalaninya.
Wallaahu a’lam bish-showaab.
Referensi:
Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, Yahya bin Syarf An Nawawi, terbitan Dar Ibnu Hazm.
Majmu’ Al Fatawa, Abul ‘Abbas Ahmad bin Abdul Halim (Ibnu Taimiyah), terbitan Darul Wafa dan Dar Ibni Hazm.
Tuhfatul Ahwadzi bi Syarh Jaami’ At Tirmidzi, Al Hafizh Abu ‘Ulaa Muhammad ‘Abdurrahman bin ‘Abdurrahim Al Mubarakfuri, terbitan Darus Salam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar