Halaman

Sabtu, 01 Juni 2013

Celoteh Singkat Memperingati Hari 'Lahirnja Pantja-Sila'

SUDAHKAH PANCASILA MENJADI PAMEO?
Oleh: Mokh. Ngisom Musurur [@mokh_ngisom_msr]

Ilustrasi: http://coretanpinggir.wordpress.com/ di http://www.dagelanwayang.com/

Melalui lirik lagunya yang berjudul "Bangunlah Putra Putri Ibu Pertiwi" –bagi yang  ingin menyimaknya, silakan mengunjungi: http://www.youtube.com/watch?v=W3hAEKRn-Ag–, Bang Iwan Fals berujar: ... "Garuda bukan burung perkutut. ... Pancasila itu bukanlah rumus kode buntut." ....

Sementara Cak Nun (Emha Ainun Nadjib) dalam sebuah kolomnya yang bertajuk "Persoalan-persoalan Kebudayaan Konkret Sekaligus Abstrak (2)" –bagi yang ingin membacanya, pembaca dapat membuka di: http://www.maiyah.net/2009/03/persoalan-persoalan-kebudayaan-konkret.html menyatakan: ... "Dengan demikian Pancasila tidak menyediakan jawaban bagi pertanyaan kebudayaan Indonesia. Ia justru menunggu jawaban itu: ia adalah ruh yang menunggu badannya tiba. ....

Dan barangkali sebagian dari kita berseloroh: "Pancasila itu ter(masuk) dalam mata pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila) kita doeloe, juga sempat beberapa kali disuruh mengikuti Penataran P4-nya. Pancasila hanya dijadikan sebatas slogan, tanpa memiliki model praktis dan praksis dalam memecahkan persoalan hidup masyarakat dan masalah kehidupan berbangsa bernegara. Pancasila kita relakan diserang neo kolonialisme, imperialisme, materialisme, kapitalisme; kita biarkan diciderai oleh hedonisme, sekularisme, pluralisme salah wacana, dan liberalisme membabibuta dengan cara licik pula. Pancasila diam-diam sudah dijadikan mitos yang pelan-pelan menjauh dari tujuan atau cita-cita masyarakat Indonesia. Pancasila hanyalah sekedar kata-kata yang dihafal-hafal anak-anak TK dan SD kakak-kakanya. Pancasila cuma menjadi sebuah jargon yang secara koor ramai-ramai dikomat-kamitkan anak-anak sekolah beserta guru-gurunya serta para pegawai dikantornya pada saat upacara, tanpa penghayatan, tanpa pengamalan. Pancasila sekarang letaknya ada di pantat anak-anak muda kita. Pancasila bahkan diinjak-injak oleh sepatu para penguasa. Pancasila menjadi sekedar gambar pajangan di dinding kantor dan sekolah, berada di antara foto Peresiden SBY dan Boediono wakilnya. Apakah Pancasila memang sudah menjadi semacam pameo? Dan Pancasila pun kini nelangsa, Pancasila hatinya menderita, Pancasila terluka perasaanya, Pancasila bersedih nuraninya, Pancasila merintih sukmanya.... Ha... ha... ha... ha... ha....

Salam blogger persaudaraan.

Cak Ngisom

Tidak ada komentar:

Posting Komentar