Halaman

Selasa, 11 Agustus 2015

Mewujudkan Kerukunan

Uraian Amanat Pembina Upacara Bendera hari Senin, 10 Agustus 2015

Assalâmu'alaykum warahmatuLlâhi wabarakâtuh,

InnalhamdaliLlâh nahmaduhu wanasta’ïnuhu wanastaghfiruh wana’uudzu biLlâhi min syuruuri anfusinâ wa min sayyiâti a’mâlinâ man yahdiLlâhu falâ mudhilla lahu wa man yudhlil falâ hâdiya lahu, wa asyhadu anlâ ilâha illaLlâh wahdahu lâ syarïka lahu wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu warasuluuhu, ammâ ba’du.

Mengawali amanat saya dalam upacara bendera hari Senin ini kali, marilah kita panjatkan rasa syukur kita kepada Allâh Subhânahu wa Ta’âlâ atas rahmat dan berkah yang dicurahlimpahkan kepada kita semua.

Shalawat dan salam, marilah kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam, beserta keluarga, para sahabat, serta para pengikut-pengikut beliau hingga akhir zaman.

Rabbisy rahli shadrï wayassirly amrï wahlul 'uqdatam millisânïyafqahuu qauly.

Yang terhormat Bapak Kepala SMP Negeri 2 Kunjang, Bapak Sunaryo, S.Pd., M.Pd., yang terhormat Wakil Kepala Sekolah dan Staf, yang terhormat Ibu dan Bapak Guru, yang terhormat Tenaga Kependidikan (Tata Usaha beserta Staf), Yang terhormat para Karyawan, serta anak-anak didik kami sekalian yang saya hormati, hargai, cintai, kasihi, dan sayangi.

P
ada kesempatan yang baik ini, saya diberi mandat sebagai pembina upacara dan mendapat bagian menyampaikan materi amanat pembina upacara dengan tajuk: “Mewujudkan Kerukunan”.



Tetapi, sebelum saya memaparkan uraian tentang bagaimana menjadikan wujud kerukunan benar-benar ada; baiklah, mari kita evaluasi jalannya pelaksanaan upacara sejauh ini.
Pelaksanaan Upacara Bendera pada setiap hari Senin hendaknya jangan hanya sebagai seremonial belaka dan rutinitas yang kurang bermakna. Tapi marilah setiap kegiatan upacara kita gunakan sebagai wahana memupuk jiwa patriotisme dan kedisiplinan. Seluruh petugas upacara dan segenap peserta hendaknya menjalankannya dengan bahagia, sepenuh hati, sungguh-sungguh, hikmad dan tertib. Sehingga upacara dapat berdampak pada peningkatan kualitas ruhiyyah, fikriyyah, dan jasmaniah kita sekalian. Jalani proses mempersiapkan diri dengan baik. Siapa yang naik panggung tanpa persiapan yang baik, bersiaplah menanggung rasa malu ketika turun panggung.

Segenap civitas akademika dan stake holder SMP Negeri 2 Kunjang tercinta yang dimuliakan Allâh Subhânahu wa Ta’âlâ, sekarang, izinkanlah orang bodoh yang tak kunjung pintar ini berbicara. Perkenankanlah hamba berlumuran dosa yang taubatnya masih sebatas wacana ini berkaca. Mohon ikhlas, mohon bersabar. Sehingga kita dianugerahi ilmu Allâh dan masuk dalam file akal fikiran dan hati kita dengan baik dan berujung pada pemahaman dan pengamalan.

A‘uudzu biLlâhi minasy-syaythânirrajïm, bismiLlâhirrahmânirrahïm,

“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allâh ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sungguh, Allâh Maha Mengetahui lagi Maha Teliti. (Q.S. al-Hujurât [49]: 13)

Tidaklah seseorang di antara kalian dikatakan beriman, hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Pendahuluan

Kemajemukan masyarakat di Indonesia adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa ditolak. Sudah merupakan sunatuLlâh. Ia telah menjadi bagian yang telah terintegrasi sejak mula bersamaan dengan lahirnya bangsa ini. Kemajemukan yang ada harus dikelola dengan baik. Jikalau tidak, kemajemukan ini akan menjadi kontra-produktif. Kemajemukan memang seperti pisau bermata dua. Dia bisa menjadi sesuatu yang mendukung berkembangnya masyarakat, tetapi juga bisa menghambat. Mendukung ketika kemajemukan itu menjadi kekuatan supportif untuk mendukung berbagai-bagai cita-cita masyarakat; dan menghambat bila kemajemukan malah menjadi sumber konflik primordial yang menghabiskan energi hanya untuk mengatasinya.

Kebhinnekaan, sejak awal kemerdekaan bangsa Indonesia sudah menjadi kesadaran kolektif the founding fathers bangsa ini. Karenanya mereka membingkai keberagaman masyarakat dan bangsa majemuk ini dengan Pancasila dan UUD 1945. Kehidupan masyarakat yang hiterogen memberikan warna dalam beraktivitas bagi manusia yang ditakdirkan Allâh sebagai makhluk sosial. Kehidupan diisi oleh banyak manusia yang memiliki berbagai karakter, pemikiran, pendapat, pandangan, sifat, visi dan misi. Individu satu dengan yang lain tidak lah sama. Tidak bisa dipungkiri, kehidupan hiterogen telah menghiasi kehidupan di masyarakat. Oleh karena itu, kehidupan yang majemuk tersebut akan mempengaruhi aspek sosial dalam hal kerukunan. Kerukunan tersebut akan sangat mempengaruhi aspek sosial. Manakala kerukunan  terjalin dengan baik maka kesatuan dan persatuan akan tercipta. Sebaliknya, manakala masyarakat tidak menjalin kerukunan, maka akan menyebabkan perselisihan, pertengkaran, pertentangan, dan kerusuhan antar sesama di suatu wilayah tertentu. Thus, kerukunan dapat dikatakan sebagai suatu situasi atau kondisi dimana kenyamanan, ketentraman, kedamaian yang tercipta dalam aktivitas kontak interaksi sosial.

Pengertian Kerukunan

Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata dasar kerukunan adalah rukun yang artinya baik dan damai, hubungan persahabatan, bersatu hati, bersepakat, tidak saling berselisih, dan tidak bertengkar.

“Rukun” dari bahasa Arab “ruknun” artinya asas-asas atau dasar, seperti rukun Islam. Rukun iman dalam arti adjektiva adalah baik atau damai. Kerukunan adalah istilah yang dipenuhi oleh muatan makna “baik” dan “damai”. Intinya, hidup bersama dalam masyarakat dengan “kesatuan hati” dan “bersepakat” untuk tidak menciptakan perselisihan dan pertengkaran (Depdikbud, 2015: 850). Bila pemaknaan tersebut dijadikan pegangan, maka “kerukunan” adalah sesuatu yang ideal dan didambakan oleh masyarakat manusia.

Kerukunan adalah adanya perasaan bersatu, sependapat, sekepentingan, sepenanggungan, sepertujuan, sevisi, seperjuangan yang dibingkai dalam ikatan persaudaraan, persahabatan, kesetiakawanan, saling menghargai, saling menghormati dan saling menyayangi/mencintai, menyejahterakan, menyelamatkan serta menjauhi permusuhan, menghindari perselisihan, meninggalkan pertengkaran.Kerukunan dapat dinyatakan dengan istilah “tasamuh” atau toleransi. Dan yang di maksud dengan toleransi ialah kerukunan sosial kemasyarakatan, bukan dalam bidang aqidah (keimanan), karena aqidah telah digariskan secara jelas dan tegas dalam ad-dien.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa kerukunan antar sesama di masyarakat adalah asas-asas atau dasar yang dijadikan untuk menciptakan suasana damai, tenteram, harmonis dalam masyarakat yang dilandasi sikap toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaram agamanya dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat.

Kembali Kepada “Toleransi”

Menyikapi perbedaan-perbedaan, hiterogenitas, multikultural, dan kemajemukan atau kebhinnekaan yang ada nyata di masyarakat, kita bisa menerapkan teori toleransi dengan pendekatannya. Dengan pendekatan “toleransi” yang sudah dipraktikkan selama ratusan tahun sepanjang sejarah kemasyarakatan manusia bahwa kerukunan di dalam masyarakat dan kohesi sosial dapat diwujudkan dengan baik tanpa kecurigaan dari pihak manapun. Dengan toleransi tersebut diharapkan terwujud ketenangan, saling menghormati dan saling menghargai. Hal itu akan mewujudkan perikehidupan yang rukun, tertib dan damai, sehingga dengan keadaan yang demikian itu dapat terlaksana pembangunan masyarakat dan bangsa.

Urgensi Kerukunan

Kerukunan merupakan perhimpunan yang damai atau persatuan yang menumbuhkan sikap saling menghargai dalam komunitas yang beragam atau masyarakat yang berbeda-beda. Ciri kerukunan adalah hidup damai tanpa konflik. Ibaratnya seperti es campur yang bahannya berbeda (gula, air, santan, es, alpukat, kelapa muda, nangka, melon, semangka, sawo, nanas, susu, coklat, puding, rumput laut, cincau, dlsb.) namun menciptakan cita rasa yang nikmat.

Persatuan dan kerukunan umat merupakan pilar awal dan pondasi hakiki terjalinnya ukhuwah (persaudaraan) dalam masyarakat. Dengan kata lain tanpa adanya persatuan dan kerukunan dalam masyarakat, akan sulit terwujudnya suatu masyarakat yang berukhuwwah. Tanpa ukhuwwah kita tidak dapat mengolah dan mengubah daulah yang berkah.

Kerukunan dan persatuan merupakan aspek penting dalam membangun kehidupan. Termasuk dalam membangun, mengembangkan dan memajukan pendidikan, pengajaran, kebudayaan dan persekolahan dengan segala aspek dan kompleksitasnya.

Memperkukuh persatuan dan kerukunan menjadi syarat mutlak untuk mencapai cita-cita mulia dan visi yang tinggi. Ia menjadi inti dari kedamaian, ketentraman, kenyamanan, dan keharmonisan dalam masyarakat yang memudahkan kita untuk bekerja mengais rezeki, belajar menuntut ilmu, mengamalkan ajaran agama, melaksanakan pembangunan, dan lain sebagaianya. Menimbulkan ketentraman dan kedamaian dalam hidup bermasyarakat. Menjadi pilar utama untuk memberdayakan potensi dan membangun masyarakat ke arah yang lebih maju dan berperadaban. Menjadi tolak ukur solidaritas kemanusiaan yang akan mengantarkan ke arah keadilan sosial dan kesejehteraan bersama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Memiliki dampak bagi terciptanya masyarakat yang beradab dan sebagai sarana mendapat rahmat Allâh Subhânahu wa Ta’âlâ. Di titik-titik simpul inilah letak betapa sangat pentingnya kerukunan.

Sikap dan Usaha untuk Mewujudkan Kerukunan

Untuk mewujudkan pranata sosial kemasyarakatan yang dinuansai kerukunan, kita dapat mengambil sikap dan melakukan usaha serta berkomitmen dengan penuh integritas untuk tidak melakukan perbuatan yang menjadi sumber penyebab runtuhnya persatuan dan kerukunan, antara lain dengan tindakan nyata, sebagai berikut:

a.   Benar-benar memahami dan mengamalkan ajaran agama secara menyeluruh dengan baik dan benar; jangan berperilaku yang sebenarnya bertentangan dengan ajaran agama;
b.   Saling cinta, kasih, dan sayang antar sesama dengan tulus ikhlas, sesuai hukum Allâh dan karena Allâh;
c.   Adanya cita-cita bersama untuk mengembangkan semangat kerukunan dan persatuan kebangsaan yang sama;
d.   Kita harus menjadi manusia yang bersaudara dan harus mengukuhkan persaudaraan, tidak boleh menganiaya dan menyakiti sesamanya, tidak berdusta, tidak melecehkan dan menghinakannya;
e.    Tidak mendholimi satu sama lain;
f.     Tidak saling merusak dan mengganggu;
g.    Tidak berbuat curang;
h.    Tidak saling memperolok-olok orang lain baik laki-laki maupun perempuan;
i.     Tidak mencaci orang lain dengan kata-kata yang menyakitkan;
j.     Tidak memanggil orang lain dengan gelar-gelar yang tidak disukai;
k.    Tidak menggunjing, ghibah, dan memfitnah;
l.   Tidak merendahkan harga diri kehormatan orang lain, (merendahkan harga diri dan kehormatan orang lain sama dengan meninggikan kehormatan dan harga diri orang yang direndahkan dan memerosotkan kehormatan dan harga diri orang yang merendahkan kehormatan dan harga diri orang lain itu sendiri);
m.   Saling hormat menghormati, menjaga harta, jiwa dan raganya;
n.    Saling pengertian dan haga menghargai serta mempererat silaturrahim;
o.    Dibutuhkan komunikasi dan dialog yang baik, toleransi dan tenggang rasa;
p.  Selalu menjaga nama baik saudaranya, tidak boleh mencari-cari kesalahan orang lain (Lihatlah kelebihan saudara kita dan koreksi kesalahan diri sendiri);
q.  Gotong royong atau tolong menolong dalam berbuat kebaikan dan taqwa dan jangan tolong menolong untuk berbuat dosa dan pelanggaran;
r.    Bersikap ikhlas bila membantu orang yang membutuhkan;
s.   Mengamalkan sikap saling peduli, solidaritas dan kesetiakawanan sosial;
t.    Mewujudkan kemanusiaan yang adil dan beradab, bersikap arif dan bijak, serta keadilan sosial;
u.  Selalu bertutur kata yang santun, baik, benar, dan bermanfa’at serta menghindari perkataan yang kotor dan melukai hati orang lain;
v.  Menebarkan senyuman, salam, sapa, sopan, santun karena hal tersebut termasuk sedekah dan ibadah serta dapat melembutkan hati dan menyenangkan orang lain;
w.  Menjadikan segala perbedaan warna kulit dan keturunan serta ras dan suku bangsa untuk saling ta’aruf, mengadakan hubungan timbal balik secara baik;
x.    Tidak membeda-bedakan pergaulan atas dasar status sosial ekonomi, pangkat jabatan, akan tetapi bergaul dengan orang yang sholih dan bertaqwa, memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi, luas, dan dalam;
y.  Tidak suka berburuk sangka atau menuduh orang lain karena akan menimbulkan perasaan sakit hati. Akan tetapi apabila terjadi sebaliknya terhadap diri kita, maka ma’afkanlah dan do’akan agar mereka menyadari kesalahannya;
z.    Jangan menghasut atau menjadi provokator dan mengadu domba yang menimbulkan kebencian dan permusuhan;
aa.  Tidak suka membuka aib orang lain dan selalu berusaha mendamaikan pertengkaran dan persengketaan;
bb. Tidak boleh berprasangka buruk, saling curiga mencurigai, harus selalu ditumbuh kembangkan sikap bertabayyun dan husnuddhan;
cc. Mencari dan sepakat dalam persamaan serta menghargai dan menghormati setiap perbedaan;
dd.  Dan lain sebagainya.

Penutup

Masyarakat kita memiliki keunikan dan keberagamannya tersendiri di dalam membangun, memelihara, membina, mempertahankan, dan memberdayakan kerukunannya. Upaya-upaya berkaitan dengan kerukunan tersebut merupakan sebuah proses tahap demi tahap yang harus dilalui secara seksama agar perwujudan kerukuanan benar-benar dapat tercapai. Di samping itu, ia juga merupakan upaya terus-menerus tanpa henti dan hasilnya tidak diperoleh secara instan.

Dan seandainya kondisi ideal kerukunan tersebut sudah tercapai bukan berarti sudah tidak diperlukan lagi upaya untuk memelihara dan mempertahankannya. Justru harus ditingkatkan kewaspadaan agar pihak-pihak yang secara sengaja ingin merusak keharmonisan kerukunan hidup. Karena itu kerukunan umat beragama sangat tergantung dan erat kaitannya dengan stabilitas ketahanan dan kondisi dinamis masyarakat.

Perlunya diperkuat empat pilar pokok yang sudah disepakati bersama berserta pengamalannya oleh seluruh rakyat Indonesia sebagai nilai-nilai perekat bangsa, yaitu Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika. Keempat nilai tersebut merupakan kristalisasi nilai-nilai yang digali dari budaya asli bangsa Indonesia. Kerukunan dan keharmonisan hidup seluruh masyarakat akan senantiasa terpelihara dan terjamin selama nilai-nilai tersebut dipegang teguh secara konsekwen oleh masing-masing warga negara.

Perdamaian dan kerukunan yang didambakan, bukankah yang bersifat semu, tetapi yang memberi rasa aman pada jiwa setiap insan. Karena itu, langkah pertama yang dilakukannya adalah mewujudkannya dalam jiwa setiap pribadi. Setelah itu ia melangkah kepada unit terkecil dalam masyarakat yakni keluarga. Dari sini ia beralih ke masyarakat luas, seterusnya kepada seluruh bangsa di permukaan bumi ini, dan dengan demikian dapat tercipta perdamaian dunia, dan dapat terwujud hubungan harmonis serta toleransi dengan semua pihak.

Rukun agawe santoso, crah agawe bubrah; Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh; Friendship, brotherhood, tolerance, peace, and love. Satu musuh sudah terlalu banyak, sejuta sahabat masih kurang. Dan, hidup rukun itu indah.

Rasanya
Belum terlalu lamaTernyata sudah 70 tahun kita dinyatakan merdeka(Ingin rasanya bertanya kepada kita semua)
Sudahkan kita benar-benar merdeka?
Ingin rasanya aku sekali lagi menguak angkasa
dengan pekik yang menggema perkasa: Merdeka!

Wallâhu a’lamu bi al-shawwâb,
Alhaqqu min rabbika falatakuunanna mina almumtariina.


Demikianlah yang dapat saya sampaikan, semoga ada bermanfa’at dan berkah.

Billahi fii sabilil haq, fastabiqul khairat,
Wallahul muwafiq Ila aqwamith thoriq,
Wabillahi taufiq wal hidayah,
Wassalâmu'alaykum warahmatuLlâhi wabarakâtuh.

Kamis, 23 Juli 2015

Sajak Reuni Perak Alumni SPG Pawyatan Daha Angkatan Tahun 1987

Sajak ini saya dedikasikan untuk kebersamaan kita bersama sebagai sesama Alumni SPG Pawyatan Daha Kediri Angkatan tahun 1987 (Lulusan tahun 1990) dalam menyelenggarakan Reuni Perak (the 25th anniversary reunion/the silver reunion).

Time runs fast for 25 years. Tidak terasa sudah berbelas tahun bahkan berbilang seperempat abad kita telah lulus dari SPG (Sekolah Pendidikan Guru) Pawyatan Daha yang dilikuidasi tahun 1990. Yang bersebab itu, kita dinobatkan sebagai anak bungsu. Kita menjadi peserta didik angkatan paling akhir dari sejarah panjang sekolah tempat kita menimba ilmu dan menimba ilmu. Mengasah rasa karsa cipta bakti. Reuni!. Saatnya menengok ke belakang sejenak, flash back perjalanan dan perjuangan menempuh pendidikan yang menjadi bagian kehidupan kita kini dan masa mendatang.

Seperempat abad; in sya Allah hati masih erat tertambat.
We are together forever whenever wherever....

SAJAK REUNI PERAK
(Karena Kenangan Musti Di Maknai)

Kisah dan sejarah dimulakan saat awal mula
Pada tikungan dan titik lingkaran kehidupan kita
Kita memasuki SPG Pawyatan Daha Kediri tahun 1987
saat kita berada di usia belajar mendewasakan diri

Meskipun sudah 25 tahun kita meninggalkan sekolah kita
Walaupun sekolah kita sudah almarhum
dan terkubur dalam lipatan perjalanan sejarah pendidikan
Namun rekaman-rekaman perjalanan itu
sebagian besarnya masih tersimpan di memori kita
Terukir indah di kalbu kita
Tiga tahun lamanya kita belajar bersama
bersahabat dan bercengkerama
berorganisasi dan melatih diri
menajamkan visi, membuka jalan bagi asa dan cita-cita
dengan didikan asuhan bimbingan guru-guru kita tercinta
Kegiatan-kegiatan kita di ruang belajar dan perpustakaan,
di sasana, halaman sekolah, dan tempat praktik lapangan
serasa adegan-adegannya menjadi hidup kembali

Tahun 1990 kita mampu lulus mempurnakan wiyata
Lantas kita berpencar dan berpendar
Melanjutkan titah perjuangan dan laku kehidupan
Walaupun kita terpisah namun dulu kita mengucapkan semacam
janji di dada bahwa kita tidak mungkin berpisah
Memang raga kita berpisah namun jiwa kita terikat menyatu
Rasanya tidak mungkin bisa persaudaraan kita dipisahkan

Dan beribu-ribu hari telah kita lewati
Tak terasa sudah seperempat abad
kita purna wiyata dari SPG Pawyatan Daha
Dan kini, atas izin dan kehendak Allah Yang Maha Kuasa
kita berkumpul dan bereuni lagi
Ada satnya pada kurun waktu tertentu
bersama kita hidupkan kenangan kembali
Mengejanya dan memaknai
Melihat bekas-bekas tapak kaki
dan bahwa kita pernah berdiri di sini
berjuang mengejar mimpi-mimpi
Walau hidup tak selamanya mudah
namun cinta menguatkan kita

Pada rentang waktu yang berjalan
ada nostalgia yang berbicara
Ada bukit kenangan
yang tak bisa ditebang
hingga masa mendatang

A fine day always brings back a nice memories: Foto bersama sahabat-sahabat dan saudara sesama Alumni SPG Pawyatan Daha Kediri Tahun 1990 yang berkesempatan hadir sebelum acara reuni ditutup (sayang tidak semua ikut berphoto), pada Kamis, 23 Juli 2015 di kediaman sahabat Henny Purwaningsih yang beralamatkan di Desa Mojoroto,Gg. II, No. 32 C, Kota Kediri.

Perjumpaan ini bersaksi bahwa
kita bertemu tidak bicara aku
Bukan pula kamu; melainkan kita
Kita lebur dalam harmoni
yang melahirkan keindahan

Reuni kita bukan sekedar raga
tapi perjumpaan hati, cinta, dan asa
Reuni harus merangkul kita
dalam ikatan silaturrahim yang terjaga
Memberi arti dan saling menguatkan
Semoga semangat dulu tetap semangat
pendorong perjuangan di lingkaran kehidupan ini

Sahabat dan saudaraku...,
Di setiap tarikan nafas yang berhembus
Di setiap langkah yang di ayun
Setiap asa yang diimpikan
Percayalah, yakinlah
di sana ada sukses dan keberkahan
Ada cinta dan damai yang membersamai

Reuni juga dapat memandu kita
kepada harapan-harapan dan visi masa depan
Mari terus menapak langkah-langkah selanjutnya
Sebisa-bisanya bersama rasa sabar dan syukur
dibarengi usaha dan diiringi munajat do’a
Beharap rahmat dan ridha Allah Azza wa Jalla
Menggapai cahaya cinta kasih sayang-Nya
Menuju keabadian syurga-Nya

Mojoroto (Kediaman Ibu Henny Purwaningsih dan Taman Sekartaji Pemkot Kediri), 23 Juli 2015

Salam persahabatan dan persaudaraan sejati selamanya,
Semoga kita semua sukses bahagia mulia
Sampai jumpa lagi pada Reuni tahun 2017

Cak Ngisom

Sabtu, 11 Juli 2015

Berpuasalah Dari Dosa Agar Pahala Puasa Terjaga


BERPUASALAH DARI DOSA AGAR PAHALA PUASA TERJAGA 

Image: http://assunnahfm.com/


Imam Ibnul Qayyim rahimahullâh mengatakan: “Orang yang berpuasa adalah orang yang anggota badannya berpuasa dari dosa-dosa; lisannya berpuasa dari kedustaan, kekejian, dan penipuan; perutnya berpuasa dari makanan dan minuman; kemaluannya berpuasa dari tindakan keji. Sehingga bila berbicara, dia tidak berbicara dengan sesuatu yang dapat menodai puasanya, dan apabila berbuat dia tidak berbuat sesuatu yang dapat merusak puasanya. Oleh karenanya semua perkataannya bermanfaat dan baik, begitu pula amal-amalnya.

Dia seperti bau yang dicium oleh orang yang duduk bersama orang yang membawa parfum misik. Begitu pula orang yang duduk bersama orang yang berpuasa, dia akan mendapatkan manfaat dari duduk bersamanya, dia juga akan selamat saat duduk bersamanya dari kata tipuan, kedustaan, kekejian dan kedhaliman.

Inilah puasa yang disyariatkan, bukan hanya sekedar menahan diri dari makanan dan minuman. Jadi, puasa adalah puasanya anggota badan dari dosa dan puasanya perut dari makanan dan minuman. Maka, sebagaimana makanan dan minuman bisa membatalkan puasa dan merusaknya, begitu pula dosa bisa membatalkan pahalanya dan merusak buahnya, sehingga dia seperti orang yang tidak berpuasa”. [Alwabilush Shoyyib, hal: 32].

Semoga bermanfaat.

Rabu, 01 Juli 2015

Dampak Puasa Terhadap Pembentukan Struktur Otak Baru dan Kesehatan Otak

DAMPAK PUASA TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR OTAK BARU

DAN KESEHATAN OTAK



Oleh: Taruna Ikrar
*)

Struktur Otak

Otak adalah bagian yang paling kompleks dari tubuh manusia. Organ ini memiliki fungsi utama, yaitu: sebagai pusat kemampuan berpikir, intelijen, mengingat, inovasi; demikian pula sebagai pusat penafsiran terhadap fungsi panca indra, inisiator gerakan tubuh, dan pengendali perilaku. Otak terletak di dalam tempurung kepala, yang memiliki cairan pelindung. Otak juga merupakan sumber dari semua kualitas yang mendefinisikan kemanusiaan kita. Sehingga otak adalah permata dari mahkota tubuh manusia.

Selama berabad-abad, ilmuwan dan filsuf telah terpesona oleh otak, tetapi sampai saat ini, otak tetap memiliki misteri yang sangat kompleks, dan masih sangat banyak yang belum terungkap dari rahasia besar tersebut. Untuk mengungkap berbagai misteri didalam otak, para ilmuwan telah belajar lebih banyak tentang otak dalam 10 tahun terakhir dibanding dekade sebelumnya, karena laju percepatan penelitian dalam ilmu saraf dan perilaku, yang didukung oleh pengembangan teknik penelitian baru.

(Gambar 1: Ilustrasi Struktur Otak Manusia)

Secara prinsip otak melayani fungsi penting dalam kehidupan. Sebagai contoh, kita memiliki panca indera: penglihatan, penciuman, pendengaran, sentuhan dan rasa. Melalui indera ini, otak kita menerima pesan. Dengan menggunakan panca indera: penglihatan, penciuman, sentuhan, rasa, dan pendengaran, otak menerima banyak pesan pada waktu bersamaan. Otak kita mengontrol pikiran kita, memori, gerakan tangan dan kaki dan fungsi semua organ dalam tubuh kita. Otak juga menentukan bagaimana kita menanggapi situasi stres dengan mengatur irama jantung dan pernapasan.

Otak adalah struktur yang sangat terorganisir, yang terdiri dari beberapa bagian penting yang menjalankan fungsi otak terhadap seluruh organ tubuh. Struktur tersebut, terdiri atas bagian utama, yaitu: otak besar (hemisphera), otak belakang (cerebellum), batang otak (brain stem), sumsum tulang belakang (spina spinalis), serta sistem saraf perifer (autonomy nervuses system). Sebagai mana diketahui, bahwa otak terdiri dari 100 milyaran sel saraf (neuron) yang saling berhubungan, dengan jumlah networking 1000 triliunan synapses. Hubungan antara sel-sel saraf ini disebut synapses. Pada hubungan sel saraf terjadi melalui impuls listrik (electrical synapses) dan kimiawi yang berupa neurotransmittersebagai bahan perantaranya. Neurotransmitter berperan dalam pengaturan sistem kerja antar neuron, sehingga apabila terjadi gangguan pada neurotransmitter, maka neuron-neuron akan bereaksi abnormal.

Ada 2 golongan jenis sel-sel saraf yaitu: excitatory dengan neurotransmitter kimiawinya (glutamat) dan yang kedua adalah inhibitory dengan neurotransmitter yang berperan GABA (Gamma Aminobutyric Acid). Kedua jenis sel saraf diatas berfungsi secara harmoni atau seimbang untuk melaksanakan fungsi otak dengan baik.

(Gambar 2: Kerumitan dan kompleksitas dari networking atau jaringan antara sel-sel saraf di dalam otak).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fungsi Otak

Ada banyak faktor yang bisa mempengaruhi fungsi otak, antara lain: faktor genetik, psikologi/kejiwaan, lingkungan, temperatur, makanan, dan minuman. Secara khusus dalam ilmu saraf, dikenal istilah plastisitas otak. Plastisitas otak mengacu pada kapasitas dari sistem saraf untuk mengubah struktur dan fungsinya, sebagai reaksi terhadap keragaman lingkungan. Perubahan tersebut terjadi dalam berbagai tingkatan pada sistem saraf mulai dari peristiwa molekuler, seperti perubahan dalam ekspresi gen, sampai panda tingkatan perilaku.

Tiga bentuk utama dari plastisitas jaringan otak yang dapat dijelaskan sebagai berikut: plastisitas sinaptik, neurogenesis dan fungsional kompensasi.

1). Synaptik plastisitas; ketika otak terlibat dalam pembelajaran dan pengalaman baru, akan terjadi interaksi dan networking baru pada hubungan sel-sel saraf (synapses) di otak. Secara prinsip, sistem atau sirkuit saraf memilik banyak rute yang terbentuk antar sel-sel saraf (neuron). Rute ini terbentuk dalam otak melalui pembelajaran dan praktek. Sel-sel saraf (neuron) berkomunikasi satu sama lain pada titik pertemuan yang disebut (synaps). Setiap kali pengetahuan baru yang diperoleh melalui komunikasi atau transmisi synaptik antara neuron yang terlibat, akan dibarengi pula interaksi neuron dalam berkomunikasi dengan sesama neuron melalui sinyal listrik. Bukti ini, akan menunjukkan plastisitas sinaptik sistem saraf; yang merupakan pilar menakjubkan akan kelenturan otak.

2). Neurogenesis; merupakan proses kelahiran dan proliferasi neuron baru di dalam otak. Para ilmuwan dalam beberapa tahun terakhir telah menemukan, bahwa sel induk yang terletak di dentate gyrus hipokampus dan di korteks pre-frontal, dapat mengalami proliferasi dan berkembang menjadi sel pyramidal dan sel yang akan berkembang menjadi sel-sel dewasa yang memiliki akson dan dentrites. Sel-sel saraf yang baru ini akan bermigrasi ke berbagai daerah di dalam otak dimana mereka dibutuhkan untuk merehabilitasi atau menggantikan sel-sel yang rusak atau mati.

(Gambar 3: Regenerasi sel-sel saraf)

3). Fungsional kompensasi; pada saat seseorang mengalami penuaan, maka plastisitas otak akan mengalami penurunan. Tetapi, sesuatu yang merupakan keanehan, karena tidak semua orang dewasa yang lebih tua menunjukkan kinerja yang lebih rendah, bahkan beberapa orang mengalami pencapaian kinerja yang lebih baik, bila dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang lebih muda. Hal ini merupakan keuntungan bagi perkembangan otak tersebut, yang dalam istilah neurosains, disebut fungsional kompensasi. Dengan fungsional kompensasi ini, sehingga pada saat seseorang mengalami ketuaan dan defisit serta penurunan plastisitas sinaptik yang menyertai penuaan, otak tetap bisa menjalankan fungsinya dengan baik. Studi terbaru menunjukkan bahwa otak mencapai solusi fungsional melalui aktivasi jalur saraf alternatif, yang paling sering mengaktifkan daerah di kedua belahan otak.

Kondisi Psikologis dan Biologis Manusia Pada Saat Berpuasa

Berdasarkan faktor yang mempengaruhi fungsi otak di atas, muncul pertanyaan, bagaimana kondisi biologis, psikologis dan fungsional otak pada saat berpuasa. Berpuasa pada bulan Ramadhan bagi kaum muslim, secara hakekat bukan hanya menahan dahaga dan lapar mulai dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. Tetapi lebih dari itu adalah suatu latihan psikis, mental dan tentu saja fisik biologis.

Secara psikis, orang yang menjalankan puasa tersebut akan semakin memiliki jiwa dan perilaku sehat, dan tentunya menjauhkan pikiran dan perbuatan dari hal-hal yang bisa mencederai hakikat berpuasa, sehingga kedepan bisa menjadi manusia yang berakhlaq mulia.

Secara biologis, tentunya diharapkan bisa bermanfaat bagi kesehatan. Pelaksanaan puasa dilaksanakan dengan cara menahan dahaga dan lapar mulai dari subuh hingga terbenamnya matahari di ufuk timur; (dibutuhkkan waktu sekitar 14 jam). Berarti selama melaksanakan puasa tubuh mengalami proses metabolisme atau makanan didaur ulang dalam sistem pencernaan sekitar 8 jam, dengan perincian 4 jam makanan disiapkan dengan keasaman tertentu dengan bantuan asam lambung, untuk selanjutnya dikirim ke usus, 4 jam kemudian makanan diubah wujudnya menjadi sari-sari makanan di usus kecil kemudian diabsorbsi oleh pembuluh darah dan dikirim keseluruh tubuh. Waktu sisa 6 jam merupakan waktu yang ideal bagi sistem percernaan untuk istirahat.

Selama melaksanakan puasa Ramadhan tersebut, menjadi hal yang penting untuk memahami manfaatnya. Apalagi jika dilakukan secara ikhlas dan disertai keyakinan dan pengetahuan yang memadai tentang manfaat pelaksanaan puasa bagi kesehatan tubuh, khususnya yang berhubungan dengan metabolisme, sistem endokrim, dan kesehatan organ yang sangat penting, seperti otak.

Manfaat Puasa Pada Fungsi Otak

Dengan menjalankan puasa, berarti suatu aktivitas fisik dan biologis sebagai usaha untuk mengatur dan memperbaiki metabolisme tubuh. Hal ini dapat dimengerti, karena pelaksanaan puasa mengajarkan dan melatih tubuh secara disiplin untuk makan dan minum secara tidak berlebihan dan mengatur kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi. Dengan demikian maka puasa akan memberi manfaat kesehatan bagi orang yang menjalankannya.

Berpuasa akan melatih seseorang untuk hidup teratur dan disiplin, serta mencegah kelebihan makan. Menurut penelitian, puasa dapat menyehatkan tubuh, sebab makanan berkaitan erat dengan proses metabolisme tubuh. Saat berpuasa karena ada fase istirahat setelah fase pencernaan normal, yang diperkirakan sekitar 6 sampai 8 jam, maka pada fase tersebut terjadi degradasi dari lemak dan glukosa darah. Demikian pula ternyata terjadi peningkatan HDL (High Density Lipoprotein) dan apoprotein alfa 1, dan penurunan LDL (Low Density Lipoprotein) dimana hal ini sangat bermanfaat bagi kesehatan jantung dan pembuluh darah, karena HDL berefek baik bagi kardiovaskuler sedangkan LDL berefek negatif bagi kesehatan pembuluh darah. Kondisi tersebut dapat menjauhkan serangan penyakit jantung dan pembuluh darah. Bagi penyakit kardiovaskuler, tidak ada penanggulangan yang lebih baik selain mencegahnya. Hal ini dapat dilakukan dengan memperbaiki gaya hidup sehat, melaksanakan pola makanan yang sehat (memperbanyak makan makanan berserat dan bersayur, serta tidak makan berlebihan makanan yang mengandung lemak dan kolesterol tinggi), serta dilanjutkan dengan olah raga atau aktivitas yang teratur.

Demikian pula secara psikologis yang tenang, teduh dan tidak dipenuhi rasa amarah saat puasa ternyata dapat menurunkan adrenalin. Sebab saat marah terjadi peningkatan jumlah adrenalin sebesar 20-30 kali lipat. Adrenalin akan memperkecil kontraksi otot empedu, menyempitkan pembuluh darah perifer, meluaskan pembuluh darah koroner, meningkatkan tekanan darah arterial dan menambah volume darah ke jantung dan jumlah detak jantung. Adrenalin juga menambah pembentukan kolesterol dari lemak protein berkepadatan rendah. Berbagai hal tersebut ternyata dapat meningkatkan risiko penyakit pembuluh darah, jantung dan otak seperti jantung koroner, stroke dan lainnya.

Dalam penelitian endokrinologi menunjukkan bahwa pola makan saat puasa yang bersifat rotatif menjadi beban dalam akumulasi makanan di dalam tubuh. Keadaan ini mengakibatkan pengeluaran hormon sistem pencernaan seperti amylase, pangkrease, dan insulin dalam jumlah besar, sehingga akan meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan tubuh. Dengan demikian, puasa bermanfaat menurunkan kadar gula darah, kolesterol dan mengendalikan tekanan darah. Itulah sebabnya, puasa sangat dianjurkan bagi perawatan mereka yang menderita penyakit diabetes, kolesterol tinggi, kegemukan dan hipertensi.

Demikian pula, manfaat puasa terhadap fungsi dan kesehatan otak, dapat dijelaskan secara ilmiah (scientific experiment). Berdasarkan penelitian plastisitas dan neurogenesis, yaitu tentang kelenturan dan perkembangan otak. Dijelaskan bahwa pada dasarnya synapsis (jaringan/koneksi otak) dapat berkembang berdasarkan, faktor lingkungan, kejiwaan, dan makanan yang dikomsumsi oleh seseorang. Bahkan, Dr. Johansen-Berg, et al. (Neuron Journal, 2012) mejelaskan bahwa synapsis diotak dapat mengalami perubahan selama 24 jam yang terekpos oleh pembelajaran dan latihan.

Sehingga pada saat seseorang melaksanakan puasa Ramadhan, selama sebulan penuh (30x24 jam). Dengan berupaya secara maksimal mengatur cara makan, serta senantiasa berpikir positif, berpikir optimis, serta tawadhu dan berbuat secara ikhlas. Maka berdasarkan plastisitas, neurogenesis, dan fungsional kompensasi jaringan otak akan diperbaharui. Sehingga struktur otak akan terbentuk networking atau rute jaringan baru didalam otak, yang tentunya akan membentuk pribadi dan manusia yang berpikiran sempurna sesuai anjuran dan latihan Ramadhan, yang telah dijalankan selama sebulan penuh.

Sehingga setelah bulan Ramadhan, maka umat muslim tersebut akan menjadi orang-orang yang secara biologis, psikologis, fungsional, menjadi orang yang baru. Yaitu manusia senantiasa berpikiran yang lebih baik, yang digambarkan dengan perubahan struktur atau networking (synapses) otak yang baru: yang senantiasa berpikiran positif, optimisme, tawadhu, serta berserah diri kepada Allah. Demikian pula akan bermanfaat meningkatkan daya ingat, mengurangi kematian sel-sel saraf, bahkan dalam tingkatan tertentu mempermuda regenerasi sel-sel saraf yang baru. Demikian pula karena terjadi penurunan zat-zat lemak seperti cholesterol, trigliserida, LDL dan terjadi peningkatan HDL, menyebabkan suasana kesehatan otak akan terhindar dari berbagai penyakit degenerative, seperti stroke, jantung koroner, dan hipertensi otak serta menjadikan manusia dengan pikiran lebih baik.

*) Taruna Ikrar, Ph.D. (Kardiolog, Farmakolog, Neuroscientist, Division of Interdisciplinary of Neurosciences University of California, School of Medicine, Irvine, USA)

Ditulis oleh Taruna Ikrar, Ph.D. dan diposting kembali oleh http://mutiara-edukasi.blogspot.com/.